Malam. Kamu yang menangis diam-diam dibalik bantal. Seperti rasanya
kehilangan banyak hal. Kerabat dekat, keluarga atau bahkan laki-laki yang kamu
cintai. Padahal salah satu dari mereka tidak pernah hilang, kamu yang secara
perlahan melepas. Secara diam-diam tanpa pernah kamu sadari.. berlari.. semakin
menjauh.. menjauh.. sampai kamu tersesat dan merasa sendiri. Merasa kehilangan
atau ditinggalkan. Dan tanpa lagi memiliki bahu untuk sekedar bersandar.
Dan laki-laki yang katamu itu, akan kamu cintai sampai
mati. Padahal kamu sendiri masih ragu pada hakikinya cinta yang sampai mati
itu.
Dia yang mencitaimu dengan teramat, pada saatnya akan
melupakanmu dengan caranya yang menyakitimu lebih dulu.
Dan dia yang bersumpah akan menikahimu sampai pada masanya
dahimu keriput, akan lupa dan diam-diam pergi dengan alasan bosan telah
mendapatkanmu.
Karena cinta yang saat ini kamu punya, mungkin sekedar rasa
yang kamu butuhkan sejak lama. Seperti tanah kering yang telah lama tidak
dibasahi hujan. Mengerak dan seolah tidak punya harapan untuk kembali menjadi
tanah seperti yang biasanya terlihat. Bahkan ketika hujan telah turun untuk
memberinya kembali rasa hidup. Untuk menjadikanya keindahan dan kegunaan bagi
banyak yang membutuhkan. Padahal jika, ia dipaksan untuk sekedar datang dalam
hujam buatan. Dengan asam kecut dari zat yang entah berantah berasal darimana. Akan
membuatnya rusak, tercampur banyak bakteri atau membuatnya mati.
Cintamu itu, tidak salah, tidak dengan orang yang salah. Tapi
ada cinta yang berbatas. Diberi batas oleh jarak, keadaan, usia, suku, agama
atau bahkan alasan yang dibuat-buat. Cinta yang memiliki batasan, untuk sekedar
mengaggumi tanpa pernah sedikitpun kamu bisa miliki. Aku ulangi, bahkan
membayangkannya saja kamu sudah tidak dapat lagi.
Kejam bukan? Sampai kamu menangis dibalik bantal diam-diam. Berbisik
pada tuhan meminta takdir lain yang Ia berikan. Karen rasamu, seperti
kehilangan banyak orang. Yang bahkan mereka saat ini hanya bisa tersenyum pilu
memandangmu yang menangis malu-malu.
Kamu, yang menangis dengan seolah tidak ada yang bisa
dengar. Bahkan siapapun mendengarmu, yang diam-diam berdoa agar tuhan jadikan
batasan itu adalah kesatuan. Bahkan siapapun dapat melihat tatapanmu yang
seolah berharap waktu agar bisa dikembalikan. Tapi bagaimana bisa, jika memang cinta
yang katamu sampai mati itu, justru menyakiti banyak orang yang teramat
mencintaimu lebih dari laki-laki itu.
Rasa sayangmu yang teramat itu, yang membuat aku menjadi
ragu. Menjadi temanmu yang hanya bisa tersenyum saat kamu berbahagia dan
berujung luka. Aku bahkan hanya bisa mendoakan dan sedikit berharap pada tuhan.
Bahwa kesakitan yang nanti laki-laki itu akan berikan, tidak teramat sampai
membuatmu menjadi perempuan yang selalu menangis setiap malam dibalik bantal.
No comments:
Post a Comment