Sunday, July 21, 2013

SAJAK-MU


 
Mencintai angin harus menjadi siut...
Mencintai air harus menjadi ricik...
Mencintai gunung harus menjadi terjal...
Mencintai api harus menjadi jilat...
Mencintai cakrawala harus menebas jarak...

MencintaiMu harus menjadi aku

Waktu berjalan ke Barat di waktu pagi hari matahari mengikutiku di belakang.
Aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan.
Aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang,
aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan.

Sementara kita saling berbisik
Untuk lebih lama tinggal
Pada debu, cinta yang tinggal berupa
Bunga kertas dan lintasan angka-angla

Ketika kita saling berbisik
Di luar semakin sengit malam hari
Memadamkan bekas-bekas telapak kaki, menyekap sisa-sisa unggun api
Sebelum fajar. Ada yang masih bersikeras abadi.



Saparadi Djoko Damono
(1966)


Laki-laki Dengan Tahta Keberanianya


Karena laki-laki diciptakan dengan dua hati. Dan terkadang dua tidak bisa digenggam oleh satu. Perempuan titahnya menjadi makhluk yang paling setia. Tunduk terhadap apa yang dimilikinya. Sedang laki-laki  dengan kebanggaan pundaknya untuk melindungi perempuan, dan bukan hanya satu. Kamu tahu, laki-laki itu sarat makna yang sangat tajam dibanding dengan seseorang yang berkumis, memiliki jakun dan bersuara besar.


ki orang yg mempunyai keberanian; pemberani: ia bertindak sbg ~;

Jadi setiap laki-laki telah diciptakan dengan keberanianya. Dan disetiap keberanian, ada tujuan melndungi. Siapa yang dilindungi? Perempuan. "Mpu" derajat peninggian. Tinggi kalah dengan yang berani. Jadi apakah perempuan harus selalu berada di ketiak laki-laki?  Berlindung dalam ketakutan diri dan mencari rasa aman. Apakah perempuan akan terus berada disana? Sampai saat ketika disebelahnya sudah ada perempuan lain yang dilindungi di bahu yang sama. Menghilang tapi tidak ada perlindungan, atau tetap berlindung dalam payung sakit hati. Lebih baik lepas, hilang perlindungan, karena selamanya kita masih bisa melindungi diri kita sendiri.

Laki-laki selalu diberi rasa ingin mencintai, walaupun disisnya sudah ada orang yang sangat mencintainya. Entah ia ingin mencintai perempuan disisnya itu, atau mencari perempuan lebih baik (menurutnya). Laki-laki, selalu seperti itu. Bertindak dengan fikiranya, tanpa berfikir perasaan. Bertindak semaunya tentang apa keinginanya tanpa berfikir hati perempuan. Laki-laki akan selalu berfikir bahwa hidupnya akan sangat bahagia, tanpa terikat. Padahal tidak lama lagi ia akan terpuruk busuk dalam kebisingan, merasa diasingkan dalam keramaian dan mati dalam kehinaan. Karena selamanya ia akan butuh cinta, dan selamanya ia akan mencintai walau bukan di satu wanita.


Monday, July 15, 2013

Tidak Terlalu Dini dan Tidak Terlalu Lama




Perasaaan yang terlalu dini diucapkan, akan membuat keputusan yang tergesa. Menjadi serba tidak ada.


Perasaaan itu gak pernah salah. Gak pernah bisa kita salahin, walaupun kadang kita jatuh di orang yang salah. Kepada orang yang tidak bisa mencintai kita. Kepada orang yang hanya bisa kita rasakan bahunya, pungggungnya karena selamanya ia tidak akan pernah menoleh melihat siapa yang mencintainya. Perasaan itu soal bagaimana kita bersikap, soal hati kita yang bisa mahaminya. Ada perasaan yang datengnya terlalu dini untuk bisa dinikmati. Dan ada orang yang salah kaprah dengan perasaan itu. Kadang, kita butuh waktu untuk sekedar memahami perasaan apa ini. Ada rasa yang datang untuk sekedar mengaggumi, ada rasa yang datang untuk sekedar menyukai. Tapi ada rasa yang datang dengan tahta yang lebih tinggi. Namanya cinta. Semua orang juga tau apa itu artinya. Tapi semua orang gak bisa menjelaskan bagaimana dia.
Kadang kita terlalu terburu mengungkapkan apa yang kita rasakan pada objeknya. Tanpa lebih dulu meyakinkan dalam hati kita. Dan selalu, keputusan yang tergesa kadang jadi nihil hasilnya.
Mereka yang terburu-burur mengungkapkan rasa mungkin cuma butuh pendamping. Tanpa harus tahu bagaimana rasa itu sebenarnya. Usia hubungan jadi bukan hal yang paling penting. "Yang penting gue udah pernah milikin dia" jadi kayak panutan seberapa banyak mantan. Bikin kebanyakan orang bulshit sama cinta. Bikin kebanyakan orang mikir bahwa siapapun yang mencitai dia emang cuma singgah tanpa tau arah. Hilang dalam sekejap kenangan.

Perasaan yang lama dibiarkan dalam diam, akan habis masanya dalam ketidakpastian yang berujung kesakitan. 


Kadang diam adalah pilihan. Pilihan untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya kita rasakan. Silence is the most powerful scream. Teriakan itu menurut gue adalah penanang hati. Bagaimana kita bisa mengungkapkan apa yang sebenarnya kita rasakan. Tapi gue lebih suka meneriakan semua yang ada dengan diam. Soal perasaan, semua orang juga tau perasaan dalam diam itu paling menyakitkan. Diam diantara kebisingan orang, dan diam diantara dia sama gebetan. Cuma orang-orang yang bodoh kayak kita, terus diam dalam ketidakpastian. Tertawa disetiap denyut kesakitan. Tersenyum diantara cerita-cerita yang tidak pantas untuk dibahagiakan. Merasa jadi pahlawan tersembunyi, mencintai dibalik jubah persahabatan. Emangnya kita hidup di jaman apa. Ini jaman milenium. Jaman sahabat sendiri kadang bisa ngambil gebetan lo. Jaman orang ketemu satu jam bisa langsung nembak dan jadian. Serem banget kan? kalo kita terus diam dalam ketidakpastian. Kita akan dimakan perlahan-lahan oleh kesakitan. Setidaknya kita butuh memastikan diri kita sendiri, meyakinkan bahwa kita memang pantas. Bukan diam ingin dimengerti. Bergerak untuk sesuatu yang pasti. Berdiri sebagai pemenang daripada diam sebagai pecundang.

Dan yang harus di ingatt...
Jadi gausah ngerasa takuuut... Santai kayak di pantai, selau kayak di pulau.

Saturday, July 13, 2013

Namanya Nekat Jogja


Gatau kenapa gue doyan banget jalan-jalan. Dari jalan pake kaki, ampe pake helikopter. Bagi gue jalan-jalan itu cerita. Jadi ceritanya kuliah gue mau libur. Dan gue belom mesen tiket balik ke jakarta. Jeng.. jeng... kereta penuh saudara-saudara. Harga pesawat juga gak wajar, paling murah 900 ribu, yang biasanya itu paling mahal. Emang salah gue, gak mesen tiket dari sebelum firaun jadi mumi. Udah tau mau deket puasa. Biasanya yang LDR pada sungkem ama calon mertua, jadilah penuh, gue bingung pulang naik apa. Kebetulan temen kuliah gue ada yang ngajak ke jogja. Awalnya gue males banget, udah lebih dari 5 kali gue kesana, dan.. gitu-gitu aja. Malioboro masih tetep rame, UGM masih tetep gede, dan kraton masi tetep jadi kraton. Tapi berhubung tiket ke Surabaya-Jogja masih ada yang kosong. Gue iyain aja. Jadi ceritanya kepulangan gue ke jakarta mau dibikin 2 perjalanan. Tiket ekonomi ac dari Surabaya-Jogja 90 ribu, atau ada juga yang 110 ribu. Sebenernya menurut gue segitu kemahalan. Biasanya gue naik yang 33.500 atau 40.000. Tapi kereta itu udah gak ada sekarang sodarahhh, udah diganti pemerintah. Awalnya gue ngajak temen gue buat naik bis aja, harganya wajar.Surabaya-Jogja 38.000 yang ac ekonomi, atau bus cepat eka 68.000 lumayan dapet makan dan berentinya gak terlalu lama. Tapi temen gue (dimas) gak pernah naik kereta dan beralasan kalo naik bis bakal susah ijin sama orang tuanya. Jadi yasudahlah.

Waktu di Solo, kereta sempet berenti agak lama. Jadi gue ama dimas beli bakso dulu di stasiun. Haha. Pas di kereta, depan kita ada mbak-mbak yang emang orang Jogja asli. Pas nyampe di stasiun, kita bingung. Kebetulan kita mau nginep di rumah temenya salah satu temen gue (Teo). Dan itu di daerah jombor. Setau gue emang jombor itu jauh dari pusat kota, atau stasiun deh. Kita nyampe sekitar jam 8 malem. Kata mbak-mbak di depan "naik Trans Jogja aja, sekali kok" cuma.. cuma kita kudu jalan dulu ampe ujung sana untuk mencapai Halte Trans Jogja. Kebetulan mbak-mbak ini bawa kardus yang berat banget, sekitar 6 kilo. Dimas, selaku cowok paling macho bermaksud buat bawain tuh barang mbak-mbak nya.
"Gausah dek berat loh biar saya aja yang bawa"
"Gak apa-apa mbak saya aja"
Jadinya tuh kardus ada di tangan Dimas. 2 detik kemudian, muka Dimas merah kayak nahan cepirit. Gue bisik "Berat banget yah dim?" dia ngangguk setuju. Niatnya kita ama mbak-mbak itu yang emang searah ama halte trans jogja mau jalan ke ujung jalan sana.
"dek berat banget loh, udah sini saya aja yang bawa" mbak-mbaknya nawarin lagi ke dimas yang emang udah keliatan keberatan.
"enggak kok mbak gak berat, udah biasa, gak berat kok gak berat"
Gue ketawa ngakak aja liat mukanya yang sebenernya super keberatan. Baru berapa langkah jalan, tiba-tiba mbak itu benerti. "Dek naik becak aja ya, paling 8 ribu" mungkin dia paham sama dimas yang mulai tenaganya abis. Karena kita sayang temen, jadi kita setuju aja. Tu mbak-mbak balik lagi ke arah stasiun buat manggil becak. Gak lama dia balik bawa 2 becak. Gue naik ama mbak-mbaknya. Dimas ama Teo di becak depan. "mbak jadi becaknya berapa?"
"gausah dek udah saya bayar dua-duanya"
"loh kok mbak yang bayar, gausah mbak kita aja"
"gak apa dek"
"duh mbak saya jadi gaenak makasih ya" yes! banget padahal.
Jadi bantuin sekeliling lo, karena kadang lo dibantuin juga ama sekeliling lo. Gak bisa lo minta bantuan tanpa isyarat, kalo sebelumnya lo membantu tanpa isyarat.

Akhirnya kita tiba di halte Trans Jogja, dengan muka yang udah bengep kecapean semua.

Begitu nyampe terminal, kita juga kudu jalan ke rumah temenya si Teo. Dijalan gue liat ada warkop. Dan tanpa perintah kita semua berbelok kesana. Laper banget boss.. aus lagi.
"Makan indomie aja"
Oke mereka berdua mesen Indomie. Karena gue suka banget sama makanan khas sini, namanya Magelangan. Sebenernya gampang banget bikinya. Cuma gue suka aja. Jadi itu tuh cuma indoomie goreng, dicampur sama nasi goreng. Tapi jadinya uenaak bangeet. Kalo di Surabaya namanya Nasi goreng Mawut, tapi gak seenak Magelangan punya. Nih kayak gini
Begitu nyampe rumah temenya Teo, ternyata mereka sudah mempersiapkan kita makan. Oh Tuhan, perut gue mau meledak banget rasanya. Cuma ya namanya menghormati gue tetep mencentong nasi. Walaupun mereka selalu nyuruh "nambah lagi ayokkk kan laper tuh" gue senyam senyum aja sambil ngangguk. Padahal perut udah mau meledak banget.

Besoknya kita cus mau jalan-jalan keliling Jogja dengan menyewa motor. Iya jadi ada di Jogja tuh penyewaan motor harian. Satu motor sekitar 40.000 sampe 50.000. Kalo bukan hari libur bisa aja cuma 20.000. Sebenernya motornya bisa di anter kerumah lo. Cuma kena ongkos biaya 10.000 yang jatohnya malah jadi mahal. Jadi mending diambil aja. Udah dapet 2 helm, jas ujan dan untung-untungan bensin. Kadang masih full, setengah atau udah mau abis banget.
Kita cus langsung ke Gunung kidul. Disana banyak pantai, jadi berkomplek-komplek gitu. Perjalanan sekitar 2 jam. Tujuan awal kita pantai kukup.
Sampai di pantai Kukup
Langsung basaaaahhh


Oiya jadi ini pantai ternyata Karang. Dan di bagian tiap karang-karangnya itu banyak banget bulu babi. Lo tau kan bahayanya bulu babi. Cuma dari sekedar berdarah, atau bisa langsung demam 2 hari. Gue awalnya agak takut buat lanjutin jalan ketengah. Pantes orang-orang pada mainya cuma di pesisir, gak lanjut ke bagian Tengah yang kalo menurut gue itu keren. Ternyata serangan bulu babiiiii
 Nekat kita tetep lanjut ke tengah
Dan jeng jeng.. kaki gue pun luka ke seret bulu babi. Mmebuat gue sempet terpincang-pincang 2 hari. Serius, lukanya sih biasa banget. cuma itu kalo kena lantai jadi sakit banget. Sampe dirumahpun gue sempet cuma tiduran aja dikasur karena gak bisa jalan. Baru sembuh sekitar 3 hari kemudian. Huft. Karena gue udah luka begitu, kita main dipinggiran pantai aja.

3 jam lebih kita di pantai ini. Ngobrol, bercanda. Awalnya gue kepengen kita buat pindah ke pantai lain. Tapi mereka berdua udah terlalu nyaman duduk dibawah karang gitu, yaudahlah nikmatin aja. Jam 4 kita balik ke kota Jogjanya. Nyari angkringan di alun-alun selatan. ceritanya kita bertiga lagi duduk sambil nikmatin minumanya masing-masing. Mereka sambil ngerokok. Tiba-tiba dibelakang ada suara orang nyanyi-nyanyi pake sound gitu. Ah fikir gue paling pengamen. Pas gue nengok ternyata itu banci. Gue cuma nunduk aja. Dimas yang posisinya di depan tu banci diem gak bergeming. Teo berkali-kali udah angkat tangan tanda maaf gak mau ngasih duit. Tapi tetep aja tuh banci di tempat kita. Bahkan suaranya malah digedein. Gue nunduk aja.
"Rokok juga boleh kok mas" Begitu kira-kira logat bancinya. Dus rokok persis ada di depan mata gue, Dimas nawarin gue rokok sambil bercanda tadi. Sambil dia bilang "suatu hari lo bakal ngerokok kok bib, suatu hari!! entah rokok yang kayak gimana" gue ketawa aja di tengah kepulan aasap mereka. Balik ke banci. Karena Dimas gak berisyarat untuk "bib tolong kasih rokoknnya" atau "bib bukain aja rokoknya" jadi gue menarik kesipulan bahwa Dimas emang gak mau ngasih rokoknya. Itu banci masih nyanyi-nyanyi, bahkan makin nempel ke Dimas. "rokok boleh kok masss" Tiba-tiba Dimas batuk. Gue baru nengok ke dia, mukanya pucet banget kayak abis ketemu calon mertua. "Eh..eh... ini mbak" Persis tuh banci langsung pegi. Untung banget Dimas masih manggil dia mbak, fatal banget kalo mas. 
"Anjing gue diliatin selangkanganya" Gue ketawa ngakak dulu liat muka panik dimas.
"udah malah paha dipegang-pegang, itu kain dibuka-buka ampe selangkangan!! maksudnya apa??? apa maksudnya?? gue keliatan cowok gak normal gitu?? Tuhaaan!!!" gue ketawa ngakak sengakak ngakaknya. Padahal itu banci masih di sebelah kita.
"lo lagi bib, itu rokok di depan lo kenapa gak lo kasih??"
"gue fikir lo gak mau ngasih dim, makanya gue nunduk aja"
"ahh.. taulah. kenapa gue dapetnya selangkangan bancii!! kenapa??"

Besoknya, setelah kita bener-bener capek banget. Dan emang niatnya sekalian mau balik. Gue balik ke jakarta, Teo Dimas balik ke Surabaya. Pemilik rumah nya pergi ke sunmor jogja. Awalnya gue mau ikut, Dimas juga mau. Tapi Teo gamau, yasudahlah jadi kita ditinggal di rumah. Karena bingung mau ngapain, akhirnya kita nekat mau ke gunung merapi.
Sebelumnya makan bubur dulu, baru cuss.. perjalanan sekitar 45 menit.


Sebenernya sempet kerumah mbah marijan. Cuma fotonya di hape Dimas dan kita belum bertemu lagi..
Sorenya gue pun balik ke jakarta naik bis. Dimas dan Teo juga balik ke Surabaya naik bis juga...

Bangkaa i'm comiingg (2)



Lanjutttt.... Malemnya kita makan salah satu makanan khas banget dari bangka belitung. Jeng.. jeng yaitu adalah Mie Koba
Jadi Mie Koba itu kayak mie rebus gitu. Cuma kuahnya enak deh. Bukan kayak mie ayam, jadi gitu deh bingung gue jelasinya. Ueenaaakkk pooooll. Dari Mie koba, kita yang sebenernya udah sangat kekenyangan iseng mau tetep kuliner makanan khas Bangka belitung. Istilahnya, Selama disini, perut sampe meledak dah. Mobil berenti di warung otak-otak. Nah otak-otak juga salah satu makanan khas bangka. Nih otak-otak rasanya manteep gilaaakkk
Sebenernya perut udah pengen meledak banget sumpah. Cuma ya gitu kaka gue, ngeliat ada martabak, doi langung kepengen. Pasti lo sering kan liat tulisan "Martabak telor Bangka" awal gue liat gerobak itu gue menduga bahwa martabak itu aslinya dari Bangka (mampang prapatan) ternyataaa... Bangka belitung siniii. Makanan paling enak dimakan ya di kota asalnya. Akhirnya itu martabak kita bungkus aja makan di Hotel, buat besok pagi juga bisa.

Besoknya, kita bangun gak terlalu pagi. Dan dengan perut yang membelendung karena makan sangat banyak makanan tadi malem. Breakfast di lantai atas. Nih pemandangan pagi 
Kita nyewa mobil hotel dan berkeliling kota bangka. Sebelumnya nemenin kaka gue dinas dulu, nyelesain pekerjaanya. Abis gitu baru kita cuss pantai.

Ada sekitar 3 Pantai yang kita kunjungin. Dan emang kebanyak tipikal pantai di bangka belitung ini berbatu bear. Ada sih satu pantai juga yang pasir doang dan bahkan deket sama pengeboran minyak. Cuma kebanyakan batu-batu besar. Dan licin guyss batunya, hati-hati. Gue sempet kepeleset dari batu gede ampe terjun ke bawah. Alhasil betis gue lecet. Dan kita langsung balik ke Hotel. Pantainya juga gak terlalu berdekatan. Agak jauh antar satu sama lain. Kita juga sempet ke kuil dewi kwan im. Cuma waktu itu lagi di renovasi, jadi gak bisa masuk. aslinya kuilnya kayak gini

Dan besoknya kita meninggalkan Bangka belitung dengan kamar yang sangat berantakan
Dan cuma sempet beli satu kaos buat di pake sendiri karena baju abis huehue
Yang deg-degan adalah saat pulang. Kebetulan kita pulang gak naik Garuda lagi. Naik Lion. Dan.. gue masih gak punya ktp. Gue sempet kalap banget, takut gaboleh naik pesawat, terus ditinggal kaka gue, ngemis di bangka sampe ktm gue ketemu. Sedih kan yah. Akhirnya gue nekat ke bandara. Dan waktu boarding kaka gue bilang "oiya ada anak dibawag umur 2, anak saya 5 bulan, sama adek saya masih belum 17 tahun" terus mbak-mbaknya nyariin maksud adeknya. Nengok ke arah gue, ngeliatin gue lama, dahinya mengkerut. Gue sempet gemeteran duh mampus, pasti dia gak percaya kalo gue masih anak-anak. Aduh mampus ini gimana. Eh ternyata dia percaya-percaya aja. FYI aja sebenernya gue 19 tahun, cuma emang ktp gue tuh belom jadi mulu di kelurahan. Jadi 2 tahun ini gue menjadi penyelundup di indonesia. Huft bingit.





Belitung i'm comiiiinggggg



Late post banget nih. Waktu gue ke Bangka belitung sekitar 3 bulan lalu. Awalnya kaka gue iseng nawarin "lo ikut ga besok gue ke belitung"
"ikut lah gila aja lo gak ngajak gue" gue fikir iseng. gak taunya doi mesenin gue tiket. Sempet kelabakan sih soalnya ktm gue ilang dan gue gapunya tanda pengenal lagi. Akhirnya gue pake Garuda card (GFF) jadi kalo lo pake ini lo gak perlu nunjukin lagi ktp lo. Juga lo bakal dapet point setiap penerbangan. Point yang lo kumpulin bakal bisa dapet flight gratis ke destinasi yang lo mau, atau lunch di lounge nya garuda gratisss. Nih kayak gini kartunya

 Akhirnya gue selamat naik pesawat tanpa menunjukan KTP atau KTM. Btw gue emang belom punya KTP. Maklum masih muda. Sekitar flight jam 10. Kita berangkat menuju Bangka belitung.


Iya jadi kaka gue bawa anaknya yang masih 5 bulan. Gak beegitu rewel sih. Selama di kasih susu terus di jalan. Jadi kupingnya gak bakal bindeng pas landing. 
 Bnadaranya menurut gue agak Frik gitu deh. Emang katanya Pangkal pinang termasuk bandara paling kecil. jadi begitu pesawat landing. Dia kudu lurus ampe emntok, Abis gitu muter balik lagi ke bandaranya. Juga pas mau take off, dia kudu ampe mentok dulu, muter balik baru take off. Nih sekecil inilandasanya
Cuma satu jalur doang.

Nyampe hotel. Red dot hotel namnya. Langsung tepar sebentarrr...


Karena kita emang bukan mau traveling hura-hura. Oiya ini gue pesawat di bayarin sama kaka gue yang emang ada tugas dinas. Doi kerja di kemenkop gitu dan lagi dinas. Karena repot bawa anaknya yang kecil makanya ajak gue. Semacam penjaga anak gitu yak. Hotel juga di bayarin kantornya. Cuma tetep aja, kalo kata kaka gue "irit seirit-iritnya" supaya bisa nabung buat beli rumah eaak. Jadi biar kata nginep di Hotel yang lumayan, tetep aja makanya nasi bungkus depan hotel. Sebnernya gue ada fotonya. Cuma keapus deh kayaknya. Nasi bungkuss nya sumpah enak banget. Gila ya emang orang sumatera kalo masak masakanya enak-enak bangeeetttt..

Lanjut sebelah yah...