Monday, May 20, 2013

Ayah, aku capek!





Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yang sedang membaca koran… 
“Ayah, ayah” kata sang anak…
“Ada apa?” tanya sang ayah…..
“aku capek, sangat capek … aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek…aku mau menyontek saja! aku capek. sangat capek…
aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! … aku capel, sangat capek …
aku cape karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung…aku ingin jajan terus! …
aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati…
aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman teman ku, sedang teman temanku seenaknya saja bersikap kepada ku…
aku capek ayah, aku capek menahan diri…aku ingin seperti mereka…mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! ..” sang anak mulai menangis…

Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata ” anakku ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”, lalu sang ayah menarik tangan sang anak kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang… lalu sang anak pun mulai mengeluh ” ayah mau kemana kita?? aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah krn ada banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah” … sang ayah hanya diam.

Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang…
“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini!” sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.
“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya.
” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah…?”
” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”
” Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu”
” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah? alhamdulillah”
” Nah, akhirnya kau mengerti”
” Mengerti apa? aku tidak mengerti”
” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangatt indah.. seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”
” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ”
” Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi… ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri… maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri… seorang pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena ia tahu ada Allah di sampingnya… maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang… maka kau tau akhirnya kan?”
” Ya ayah, aku tau.. aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini … sekarang aku mengerti … terima kasih ayah , aku akan tegar saat yang lain terlempar ”
Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.

Sunday, May 19, 2013

Itu gak pantes lo tangisin



Ini udah hari ke-3 setelah beberapa hari yang lalu gue terkena serangan “patah hati”. Hari ini gue stay diem di kamar, merenung, corat coret tembok dan yang terakhir minum es kelapa sebanyak-banyaknya. Yang ada  di pikiran gue Cuma satu hal, cowok itu! Gue lupa udah berapa lama gak rasain yang namanya patah hati. Mungkin 8 tahun yang lalu, karena gue menutup diri untuk mencintai orang lain. Tapi ditahun ini, gue membuka hati gue untuk sekedar ngerasain yang namanya sakit hati.  Dan gue sedikit kagok waktu ngejalaninnya. 
Gue bukan ditolak, diputusin atau dipermalukan didepan umum oleh seorang cowok. Tapi gue sedang menjalani proses ketika apa yang gue mau tidak sesuai dengan yang gue inginkan. Gue hanya menyudahi apa yang belom pernah gue mulai. Sedikit repot kalo cerita disini, yang jelas gue sedang mengalami vonis sakit hati tingkat stadium akhir. Bayang-bayang bunuh diri, bayang-bayang loncat dari atap rumah, bayang-bayang kalo hidup jadi kura-kura itu semua yang gue rasain didalam kamar ini. Gue gak bisa beranjak setelah sebelumnya gue menggalau nginep dirumah temen gue, malemnya tereak-tereak sambil mengalaykan diri di mekdi kemang. 

Besoknya jalan-jalan sendirian kayak orang gila. Gue stres tingkat akut.
Kadang kisah cinta lebih pahit dari air kencing raksasa, lebih sadis dari pada perang dunia ke tiga, dan lebih kejam dari tentara belanda. Gue tetep tergeletak lemes diatas kasur, gak mau ngobrol sama abang dan kaka gue, gak nyautin panggilan nyokap dan gak perduli sama hape gue yang pang ping mulu banyak mention. Gue Cuma butuh tenang! Itu aja! Hati gue udah terlalu banyak ngeluarin air mata, sampe-sampe gue bingung harus nangis dengan cara apa, gue rasa kesakitan ini gak pates dengan sekedar gue nangis-nangis bombay sambil tereak-tereak. Sehingga gue lebih memilih untuk diem dan nangis dengan cara yang lebih adil, yaitu nangis dengan hati. Gue tau ini mungkin semakin bikin nyesek, tapi gue gak mau dengan kisah kayak gini gue mempersulit banyak orang.
Dikediaman gue selama beberapa jam di kamar, gue mengutak-atik buku note gue masa jaman SD sampe SMP. Ada hal-hal yang bikin gue ketawa baca diary tentang temen sebangku sd gue, ada yang bikin gue kangen sama temen-temen SMP. Tapi  Dihalaman ke 67, gue melihat sebuah catetan kelas 3 SMP dulu, berkali-kali gue baca itu dan hati gue semakin kalut.

Apa yang Tuhan pernah kasih ke kita itu adalah sebuah keberkahan. Kita-UmmatNya gak patut untuk nuntut banyak hal. Coba lo liat orang yang ada diluar sana. Beban yang mereka punya lebih berat dari pada beban yang lo rasain sekarang..
Tuhan  itu udah ngasih jalan buat setiap makhluknya. Buat apa lo murung sekarang, bangkit! Gak sepatutnya yang kayak gini lo tangisin! Inget jalan lo tuh masih terlalu panjang, jangan buang waktu buat mikirin masalah ini
Gue gak tau sebab apa yang bikin gue bisa nulis kayak gini, yang jelas dihalaman ke 67 itu gue tercengang. Dan hati gue serasa dikoyak lagi, gue nangis sumpah bacanya. Tapi gue nangis bahagaia karena gue punya solusi terbaik. Sahabat itu emang tempat buat cerita, dan dari sekian banyak temen gue yang gue ceritain masalah ini mereka Cuma bisa bilang satu kata “sabar”. Gue rasa itu bukan solusi terbaik. Dan gue nangis karena gue punya titik henti dari kesakitan gue tersebut. Ini gak sepatutnya gue tangisin, dan gak sepatutnya ngebuat gue jadi drop kayak gini. Satu jam setelah itu gue buka kamar, mata gue masih sembab. Tapi orang rumah gak ada yang perduli karena semua ngira gue abis tidur. Padahal gue uring-uringan mau bunuh diri, haha..  Gak lama gue ketawa-tawa bareng nyokap, cerita-cerita yang lain. Dan gue menjalani normal kehidupan gue, gak perlu murung dan depresi berat. Karena sakit hati itu Cuma kerikil dijalan, ketika lo ketusuk jangan terlalu dalam merasakan kesakitannya, cabut kerikil itu, buang dan tetap berjalan.
 Hari-hari berikutnya gue laluin, dan pikiran gue belom bisa move on dari si “dia”. Tapi gue gak lagi sakit hati, dan gak bakalan lagi jadi depresi. Dan gue menjalani hidup yang free, karena kerikil itu udah gue cabut dari hati gue. Walaupun masih ada luka, tapi gak sesakit dulu.

Ini lanjutan tulisan yang gue temukan saat gue SMA. Gila, waktu gue jatuh cinta, waktu gue patah hati ternyata bukan sekedar ngasih warna dihati gue. Bikin tulisan gue jadi banyak dan sedikit.. ya lumayan bagus. Haha

Many people called it love


Apa yang tuhan pernah kasih kekita itu adalah sebuah keberkahan, tugas kita Cuma satu yaitu beryukur. Tapi kadang kita mensyukuri apa yang ada dengan cara yang salah, dan bersikap dengan sikap yang tidak benar. Hari ini gue lagi pengen nulis tentang dia, sosok yang terus ada difikiran gue sejak 5 bulan yang lalu. Banyak yang bilang kalo gue lagi jatuh cinta, tapi gue Cuma bisa ketawa ngedengernya. Udah 4  tahun gue gak ngalamin yang namanya jatuh cinta, mungkin karena gue terlalu menutup diri dan menanti seseorang yang gak pernah dateng ke gue. 
Gue bersyukur karena setelah sekian lama Tuhan ngebuka hati gue buat orang lain, untuk bener-bener ada dihati gue. Setidaknya gue bisa hidup normal dan gak dibikin gelisah. Dia temen deket gue, temen satu kelas, satu bimbel, temen mention gue, temen ceng-cengan di bbm. Gue jadi sangat setuju dengan perkataan “cinta tumbuh karena terbiasa” karena dengan terbiasanya dia ada di sekitar lo itu akan membuat lo jadi ngerasa nyaman. Balik lagi soal dia, gue gak tau apa yang gue rasain saat ini. Kalo dulu waktu dia nyapa gue, gue jawab dengan ketus gak pake nada. Tapi gatau kenapa kalo sekarang dia nyapa gue, pasti abis itu gue meluk-meluk temen gue sambil teriak-teriak gak jelas. Bener kata temen gue, mungkin gue lagi ngerasain yang namanya sindrom jatuh cinta.

Entah kenapa, setelah 6 bulan berlangsung hati gue jadi lebih gak enak ngejalaninnya. Gak tau kenapa setiap harinya gue memberikan rasa cinta gue ini secara berlebih. Sehingga lagi-lagi gue menutup diri untuk mencintai yang ada disekeliling gue. Untuk bales bbm dan mention dia di twitter gue lebih tanggap, tapi untuk nyautin permintaan nyokap gue butuh waktu yang lama. Gue terlalu ngasih banyak harapan ke dia, dan gue berharap banyak dari dia. Gue menutup rasa cinta yang gue punya untuk siapapun. Sampe pada ketika suatu hari, gue berharap Tuhan ngebalikin waktu ketika gue gak pernah ketemu dia. Gue gak bisa lagi mensyukuri nikmat cinta yang udah Tuhan kasih ke gue. Karena ternyata rasa cinta itu ngebikin gue jadi lebih sakit dan gak bermakna.
Kenyataannya adalah yang gue inginkan gak sesuai dengan kenyataan yang ada. Sederhananya gue sakit hati atau patah hati. Gue udah bertindak dengan kesalahan yang fatal. Karena seluruh rasa cinta yang gue punya udah gue kasih kedia. Dan ketika dia gak ngebales rasa cinta yang gue punya itiu ngebuat gue jadi gak berguna. Gue makin sulit buat jalanin hari-hari kedepan, dan hati gue udah bener-bener tertutup buat siapapun. Gue ngerasa gak pernah ada lagi yang bakalan nyayangin gue, gak pernah lagi ada yang bisa ngebales kasih yang gue punya. Dulu gue terlalu sibuk untuk mencintai dia, tapi kenyataannya emang gak sesuai dengan yang gue harapkan. Sehingga orang-orang yang mencintai gue gak gue balas cintanya. Gue gak bales rasa cintanya nyokap ke gue, gue jadi gak perduli sama temen dan sahabat gue yang saling mengasihi gue. Karena fokus gue mencintai hanya buat satu orang. Sehingga saat ini mereka canggung untuk memberi kasih kepada gue. Gue sibuk mencintai orang yang gak pernah mencintai gue padahal disana ada banyak orang yang sibuk mencintai gue tanpa gue balas rasa cintanya. Hidup itu harus saling mengasihi dan memberi. Lo gak bisa hidup semau dan sekeinginan lo.

Sampai hari ini gue sedang mengurangi rasa cinta gue yang berlebih. Gue Cuma pengen mencintai dia tanpa perlu dibalas cintanya. Gue Cuma pengen ngeliatin dia dari jauh, ikut seneng waku dia sneeng, ikut sedih waktu dia sedih. Gue Cuma pengen jadi orang yang selalu bantu dia tanpa dia pernah tau siapa gue. Gue Cuma pengen jadi orang yang selalu ngedoain buat masa depan dia yang terbaik. Karena separuh cinta yang gue punya, untuk mencintai orang-orang yang sedang mengasihi gue. Gue Cuma pengen menjalani yang namanya jatuh cinta aja, tanpa perlu harus dibalas. Karena gue tau sampai kapanpun dia bakalan milih orang lain dan bukan gue. Dan gue bakal dukung siapapun pilihannya buat jadi yang terbaik buat dia. Sampai ketika rasa ini bener-bener hilang dan udah gak ada. Mungkin akan lama, tapi gue bakal tetep sabar nunggunya.

Tulisan ini gue temukan disebuah folder laptop gue. Udah sangat bersarang karena gak pernah gue buka sebelumnya. Gue inget banget kejadian ini sekitar satu setengah tahun lalu. Gue masih hafal banget gimana uring-uringanya gue. Gimana nangisnya gue ketika patah hati. Dan saat ini gue tertawa ketika ngenang masa itu. Ternyata emang bener, jatuh cinta itu indah, yang sakit adalah ketika kita tidak bisa menjalankanya. Gue bersyukur pernah ngalamin kejadian itu. Jadi pelajaran dihidup gue, bahwa kalo lo mau sesuatu, kejar! kejar ampe dapet!