Sebenernya udah dari tiga tahun gue menungu tanggal 9 april.
Ngebacot soal politik tapi kalo lo bukan sebagai salah satu yag berpartisipasi
bagi gue adalah sama aja dengan bulshit. Sekitar satu tahun lalu emag gue
pernah berpartisipasi dalam kotak alumunium untuk pemilihan wali kota bekasi.
Gue bisa balik karena emang dikasih ongkos bolak balik dan juga punya waktu
senggang libur 4 hari, gak banyak tugas dan gak ada penelitian berat. Tapi
dengan segala rasa bersalah gue, 9 april 2014 yang sudah gue tunggu selama 3
tahun belakangan justru malah gue sia-siakan. Gue memilih untuk tidak memilih.
Terserah lo mau bilang bahwa gue golput atau apapun, dimata gue, gue bukan
golput.
Gue Cuma memutuskan untuk tidak memilih karena keadaan. Iya, gue di
Surabaya dan tempat pemilihan gue adalah Bekasi.
“kenapa gak balik aja?”
“Iya gue butuh seminimal 500 ribu untuk tiket bolak balik
Jakarta-Surabaya. Gue gak mau tanya siapa yang mau bayarin tiket gue, gue Cuma
mau jawab bahwa dompet gue gak mungkin ngeluarin duit segitu banyak dalam waktu
Cuma dua hari”
“oke, kan sekarang ada tuh pengurusan supaya lo bisa nyoblos
di daerah tempat lo tinggal”
“iya, tapi gue butuh beberapa surat yang harus di urus di
tempat asal gue. Yag artinya gue harus kesana juga? Kedua, sampe hari ini pihak
pemerintah bekasi masih belum mau tanggung jawab atas menghilangkan e-ktp gue
yang katanya keselip gitu. Dan itu jadi alesan gue gak bisa nyoblos juga di
Surabaya”
“seandainya bahkan gue bisa mengurus surat untuk bisa
nyoblos di Surabaya, jatuhnya gue akan bingung siapa yang akan gue pilih.
Kenapa? Karena caleg dari Surabaya gak ada yang gue tau, bahkan mungkin sedikit
tidak ada hubungan dengan kemajuan gue. Istilah kasarnya adalah, gue juga mungkin
tidak akan merasakan kinerja mereka. Tapi tetap seandainya gue bisa memilih di
Surabaya gue akan mencoblos hanya sebatas partainya saja.”
Bagaimanapun gue merasa sangat bersalah ketika pada akhirnya
gue tidak bisa dalam bagian pencoblosan di 9 april. Gue sangat... sangat ingin
berada dalam bagian mereka yang menentukan pemerintahan Indonesia kedepan. Tapi
gue berada dalam keadaan yang juga sulit buat menjadi bagian dari mereka. Atau
bahkan KALAU ada caleg yang berani membayarkan tiket bolak-balik gue dalam
keadaan nyaman, maka gue tidak akan segan memilih dia. Untuk sebagai ucapan
terimakasih gue karena membuat gue menjadi bagian dalam pemilihan. Caleg dari
partai apapun. Tapi tetap, gue akan memilih partai yang gue inginkan dan
menurut gue paling bagus.
“wah berarti lo gampang banget disogok dong?”
“terserah lo mau nangkepnya gimana. Gue mencoblos hanya
sekedar rasa terimakasih gue. Setelahnya gue memilih partai yang benar dan yang
gue inginkan. Setidaknya atas jasa dia gue menjadi warga negara yang tidak
dikatakan golput”
Pada tahun ini ditanggal 9 april gue Cuma bisa gigit jari
liat tv, nyaksiin kegiatan tps disana. Setelah 3 tahun gue belajar dan tahu
politik, justru pada prakteknya gue malah tidak berpartisipasi. Berkali-kali
gue berikrar dalam diri gue untuk tidak golput, tapi ternyata keadaan seperti
ini yang membuat gue juga tetap tidak bisa memilih.
Gue memilih bukan untuk partai yang gue pilih bisa menang.
Gue mau berpartisipasi agar partai yang tidak gue sukai tidak bisa menduduki
bangku kepresidenan.
Ada berapa manusia yang mengalami nasib seperti gue?
Disalahkan semua orang karena dianggapnya tidak memilih. Gue selalu mau bilang
ke mereka bahwa gue tidak memilih karena keadaan, bukan karena tidak adanya
kemauan. Siapapun yang bertanya pada gue “lo milih partai apa? Caleg apa?” gue
tidak akan sungkan untuk menjawabnya.
Tapi pada pemilihan presiden nanti gue akan mengusahakan
datang. Gue mau jadi bagian penting dalam pemilihan siapa yang akan menentukan
kebijakan besar di Indonesia.
No comments:
Post a Comment