Saturday, April 12, 2014

Alasan : Saya Memilih untuk Tidak Memilih




Sebenernya udah dari tiga tahun gue menungu tanggal 9 april. Ngebacot soal politik tapi kalo lo bukan sebagai salah satu yag berpartisipasi bagi gue adalah sama aja dengan bulshit. Sekitar satu tahun lalu emag gue pernah berpartisipasi dalam kotak alumunium untuk pemilihan wali kota bekasi. Gue bisa balik karena emang dikasih ongkos bolak balik dan juga punya waktu senggang libur 4 hari, gak banyak tugas dan gak ada penelitian berat. Tapi dengan segala rasa bersalah gue, 9 april 2014 yang sudah gue tunggu selama 3 tahun belakangan justru malah gue sia-siakan. Gue memilih untuk tidak memilih. Terserah lo mau bilang bahwa gue golput atau apapun, dimata gue, gue bukan golput. 

Gue Cuma memutuskan untuk tidak memilih karena keadaan. Iya, gue di Surabaya dan tempat pemilihan gue adalah Bekasi.

“kenapa gak balik aja?”

“Iya gue butuh seminimal 500 ribu untuk tiket bolak balik Jakarta-Surabaya. Gue gak mau tanya siapa yang mau bayarin tiket gue, gue Cuma mau jawab bahwa dompet gue gak mungkin ngeluarin duit segitu banyak dalam waktu Cuma dua hari”

“oke, kan sekarang ada tuh pengurusan supaya lo bisa nyoblos di daerah tempat lo tinggal”

“iya, tapi gue butuh beberapa surat yang harus di urus di tempat asal gue. Yag artinya gue harus kesana juga? Kedua, sampe hari ini pihak pemerintah bekasi masih belum mau tanggung jawab atas menghilangkan e-ktp gue yang katanya keselip gitu. Dan itu jadi alesan gue gak bisa nyoblos juga di Surabaya”

“seandainya bahkan gue bisa mengurus surat untuk bisa nyoblos di Surabaya, jatuhnya gue akan bingung siapa yang akan gue pilih. Kenapa? Karena caleg dari Surabaya gak ada yang gue tau, bahkan mungkin sedikit tidak ada hubungan dengan kemajuan gue. Istilah kasarnya adalah, gue juga mungkin tidak akan merasakan kinerja mereka. Tapi tetap seandainya gue bisa memilih di Surabaya gue akan mencoblos hanya sebatas partainya saja.”

Bagaimanapun gue merasa sangat bersalah ketika pada akhirnya gue tidak bisa dalam bagian pencoblosan di 9 april. Gue sangat... sangat ingin berada dalam bagian mereka yang menentukan pemerintahan Indonesia kedepan. Tapi gue berada dalam keadaan yang juga sulit buat menjadi bagian dari mereka. Atau bahkan KALAU ada caleg yang berani membayarkan tiket bolak-balik gue dalam keadaan nyaman, maka gue tidak akan segan memilih dia. Untuk sebagai ucapan terimakasih gue karena membuat gue menjadi bagian dalam pemilihan. Caleg dari partai apapun. Tapi tetap, gue akan memilih partai yang gue inginkan dan menurut gue paling bagus.

“wah berarti lo gampang banget disogok dong?”

“terserah lo mau nangkepnya gimana. Gue mencoblos hanya sekedar rasa terimakasih gue. Setelahnya gue memilih partai yang benar dan yang gue inginkan. Setidaknya atas jasa dia gue menjadi warga negara yang tidak dikatakan golput”

Pada tahun ini ditanggal 9 april gue Cuma bisa gigit jari liat tv, nyaksiin kegiatan tps disana. Setelah 3 tahun gue belajar dan tahu politik, justru pada prakteknya gue malah tidak berpartisipasi. Berkali-kali gue berikrar dalam diri gue untuk tidak golput, tapi ternyata keadaan seperti ini yang membuat gue juga tetap tidak bisa memilih.

Gue memilih bukan untuk partai yang gue pilih bisa menang. Gue mau berpartisipasi agar partai yang tidak gue sukai tidak bisa menduduki bangku kepresidenan.

Ada berapa manusia yang mengalami nasib seperti gue? Disalahkan semua orang karena dianggapnya tidak memilih. Gue selalu mau bilang ke mereka bahwa gue tidak memilih karena keadaan, bukan karena tidak adanya kemauan. Siapapun yang bertanya pada gue “lo milih partai apa? Caleg apa?” gue tidak akan sungkan untuk menjawabnya.

Tapi pada pemilihan presiden nanti gue akan mengusahakan datang. Gue mau jadi bagian penting dalam pemilihan siapa yang akan menentukan kebijakan besar di Indonesia.

No comments:

Post a Comment