Wednesday, April 1, 2015

Untuk kalian yang sedang di perantauan



Untuk kalian, yang sedang berada di perantauan. Aku tahu saat ini kalian tengah dikabung rindu. Jenuh dikosan seharian dan tidak memiliki teman. Tugas yang membuat kalian ingin menangis dipangkuan bunda, atau lelah yang ingin kalian ceritakan kepada ayah. Aku tahu betul rasanya. Duduk diam hanya memandang sekat 3x3 kamar kosan. Diam disana sendirian dan tidak memiliki teman bicara. Line, bbm dan pesan menjadi sangat tidak berguna. Karena yang kamu butuhkan adalah sesosok untuk memberikan pelukan dari gundahnya kuliah.

Untuk kalian, yang jauh diujung jalan dan merasa sendirian. Menangislah saja, sampai isakan itu tidak bersuara. Sembab matamu dipagi hari karena merasa lelah dan ingin segera meninggalkan kuliah. Menangislah untuk sekedar berbicara pada hati kalian. Bahwa hidup ini tidak selamanya tentang berdua, bertiga atau bersama-sama. Adalah kalian yang sendirian dan ditinggalkan kesibukan teman-teman.

Aku tahu kalian malu, terseguk karena tetangga kosanmu. Acuhkan saja, karena mereka hanya bertanya kenapa. Tidak seperti sahabatmu yang paham lalu akan langsung memberikan pelukan. Tidak seperti bundamu yang akan membuat kamu merasa tenang. Tidak seperti ayah yangmenasihatimu untuk kembali bangkit dari keterpurukan.

Aku tahu rasanya, sendirian seperti ditinggalkan. Menghubungi kawan lama tapi hanya sebatas berbalas pesan. Jauh mereka, karena kehadiranmu di kota baru dan hanya memiliki teman duduk satu jurusan. Beruntunglah kamu, yang masih memiliki sahabat. Karena dia satu-satunya sosok yang membuatmu merasa bangkit. Karena dia satu-satunya sosok yang akan mendengarkanmu menangis dan lalu menarikmu keluar melihat tentang apa yang kamu mimpikan sebelumnya.

Untuk kamu, yang sedang merasa kehilangan. Bundamu yang semakin jarang membalas pesan. Saudaramu yang sudah tidak pernah bertanya kabar. Mereka mungkin merasa bahwa kamu baik-baik saja dan tidak ingin menganggu kesibukan. Padahal menangis kamu dibalik bantal karena merasa mulai diacuhkan.

Aku tahu, betul rasanya seperti apa. Menangis saja, seperti aku setiap malam. Orang bilang tentang kita yang terlalu cengeng menghadapi dunia, mereka bilang tentang kita yang terlalu perasa, mereka bilang tentang kita yang berlebihan dalam megambil sikap. Mereka hanya tidak tahu, bagaimana rasanya hidup ditengah-tengah orang baru. Bagaimana rasanya kesusahan dan tidak ada yang membantu. Bagaimana rasanya makan sendirian sedang mereka bersama keluarganya. Mereka Cuma tidak tahu. Maka menangislah, sendirian. Seperti yang aku lakukan. 


No comments:

Post a Comment