You know what. Dulu sekali. Sekitar dua tahun lalu, aku
melaknat kota ini. Membencinya sampai keubun-ubun. Dulu sekali, dua tahun lalu
aku seperti bukan siapa-siapa, tidak memiliki apa-apa. Aku bersumpah untuk
meninggalkan kota ini dan menunggunya sampai aku dapat kesempatan mencoba
kuliah. Aku pernah merasa diasingkan, dibuang dan tidak didengarkan. Aku pernah
merasa sepeti tidak mengerti apa-apa, siapapun dan situasi yang sebenarnya. Aku
pernah menangis setiap malam, pulang kerumah dan berjanji untuk tidak akan
kembali lagi. Aku pernah, merasa bahwa lebih baik ini semua diakhiri.
Surabaya dulu, dua tahun lalu seperti kota yang membuang aku
jauh dari mimpiku. Menangis aku dibuat setiap malam. Kesepian, kehilangan,
kebingungan seragam semua menjadi isak tangis setiap malam. Kuliah dan lalu
pulang, lalu menangis sepanjang siang dibalik bantal. Dulu sekali, dua tahun
lalu rutinitasku hanya begitu. Setiap akhir pekan pulang ke Jakarta, bukan
karena kangen bunda. Tapi rumah lebih aman dibanding Surabaya yang bagiku saat
itu menyeramkan.
Lalu aku dipertemukan tiga orang. Dalam jumlah memang
terlalu sedikit untuk dijadikan kawan. Tapi, setidaknya mereka alasan kenapa
aku masih dapat bertahan. Tiga tahun, bayangkan. Tiga tahun aku mengijakan kaki
di Surabaya, hidup didalamnya. Setelah dulu, dua tahun lalu aku membenci dan
menyerapahi kota ini. Aku melaknat dan berjanji untuk tidak pernah kembali.
Tapi tahu? Tiga orang ini yang tanpa mereka tahu telah membawa aku kembali.
Memang, alasanku saat itu mengenai
kuliah atau semester yang disayangkan.
Tapi coba bayangkan, jika Tuhan tidak menemukan aku dengan
tiga orang ini. Maka, sampai detik ini Surabaya menjadi kota yang masih aku
laknati setiap harinya.
Mereka membuat tinggal disini menjadi nyaman. Bahkan, ada
salah satu dari mereka yang semakin memperkuat alasan. They do nothing, kalo
ada yang tanya apa rumusnya. Karena semua yang mereka lakukan teramat membuat
aku nyaman.
Mereka Cuma menunjukan bagaimana caranya hidup di Surabaya.
Mereka Cuma menunjukan bagaimana caranya berani bermimpi setelah mimpimu terasa
hilang jauh disana. Mereka Cuma menunjukan bagaimana tertawa dan tertawa terus
selamanya.
No comments:
Post a Comment