Monday, March 23, 2015

Setelah Satu Tahun Lamanya



Setelah satu tahun lamanya, aku dibuat lupa. Dungu tentang arti seorang kasih dari ibu. Setelah satu tahun lamanya, aku dibuat kecewa. Tidak pernah bercanda atau sekedar menyapa. Setelah lebih dari satu tahun aku dibuatnya hancur, jiwa, batin dalam kesepian yang tidak bisa disalahkan. Setelah lebih dari satu tahun, aku dibuat menjadi seorang anak yang meronta-ronta, meminta kasih sayang dari pihak lain. Menangis setiap malamnya.

Pada keadaan yang sangat tidak diduga-duga. Pada saat aku mengantarnya ke suatu tempat, lalu ban motor kami bocor ditengah jalan. Menepi, mencari tukang tambal. Aku mendorong motor ditengah teriknya panas, sedang ia berjalan jauh dibelakangku.
Kami duduk berseblahan, diam dan tak saling bicara bak orang yang tidak kenal. Lama sekali kami duduk hanya menikmati debu dari jalanan dan klakson mobil yang lewat. Seolah waktu disana berjalan sangat lama, membuat kami berdua terperangkap dalam kebisuan. Takut salah ucap dan salah bertanya.

Lama sekali kebisuan itu, sampai aku mendengar suaranya yang serak.

“how’s Surabaya?”

Aku hanya menoleh sekilas, memastikan bahwa ia yang bicara.

“nice, really nice!”

Diam lama.

“kamu berapa semester lagi?”

Thanks god. Dari mana saja dia bahkan perkembangan anaknya tidak disimak. Tidak dihitung atau bahkan hanya diacuhkan.

“3 atau 4 semester lagi”

“wah cepet ya gak kerasa”

Yeah. Karena mungkin yang difikirannya tidak pernah tentang aku. Sampai ia lupa sudah sampai mana kakiku melangkah.

“mau kerja dimana?”

“gatau sedapetnya”

“balik ke Jakarta aja ya...”

Lalu kami dikagetkan dengan tukang tambal yang sudah selesai. Pembicaraan kami terhenti dan sepertinya ia sudah tidak butuh jawaban.

Setehal itu ia membelikanku tas baru, dan beberapa barang yang baru. Setelah sebelumnya selama satu tahun itu aku harus membelinya sendiri, dari uang yang aku simpan secara pribadi.
Memang setelahnya ia tidak melanjutkan perbincangannya. Tidak kembali bertanya dan menunggu jawabanku. Tapi terimakasih Tuhan, bahwa ia masih bertanya apakah aku baik-baik saja.
Kemarin,

Aku hancur sehancur-hancurnya

Aku jatuh dalam lubang yang terlalu jauh

Aku menangis terisak sampai sesak

Aku bahkan kesepian dalam tempat ramai

Aku bersyukur setidaknya ia masih bertanya tentang kabarku bahkan mengenai tujuan hidupku. Membuatku  sadar bahwa aku masih memiliki sosoknya. Sosok yang setelah satu tahun itu aku rasa hilang jauh. Diantara kehancuranku, hari ini ia berlaku bak seorang yang aku rindukan terlalu lama.

Aku berharap ini akan selamanya, tapi mungkin ini hanya bagian dari bunga mimpi yang aku idamkan sejak lama.

Suatu hari nanti aku ingin bercerita, kepadanya. Bagaimana rasa sakit ini, bagaimana mata ini sembab dibuatnya setiap hari.

Aku ingin bercerita padanya, bagaimana hampanya saat tidak memiliki siapa siapa untuk berbicara. Tidak pernah ditanya bagaimana keadaannya. Dan tidak perlu mengabarkan siapa-siapa.

Entah kapan waktunya. Aku berjanji, bahwa akan menceritakan semuanya. Kepada dia.

No comments:

Post a Comment