Aku cinta suasana ketika kita berdua. Diranjang yang sama,
pada satu malam selekas kehadiran rantauku nun jauh disana. Terlalu lama aku
meninggalkanmu. Sampai rinduku bukan hanya sekdar sapa atau pelukan. Kita
berbicara diatas bantal yang berbeda, bersender diujung kasur, seraya melepas
penat masing-masing. Lampu dimatikan, semakin membuat syahdu malam. Tertawa
lalu diam, lalu kamu tertawa lagi sampai-sampai kamar sebelah dengar. Kita
berbicra banyak hal, dari canda bahkan sampai soal hilangnya kepercayaan agama.
Dari hal-hal sederhana, sampai hal-hal diluar kepala. Kamu juga, berbicara
tentang masalah dapurmu yang tidak selesai sampai keinginanmu yang belum
tercapai.
Aku cinta, ketika sesekali aku berbaring dibahumu. Sunyi.
Diam lama. Lalu tiba-tiba kita bertubrukan berbicara. Bingung siapa yang
mendengarkan ceritanya terlebih dahulu. Kuasingkan handphoneku saat itu, kamu
juga begitu. Bak anak kecil yang bercerita tak ada habisnya. Sampai aku kaget
pada lirikan jam yang sinis karena ia telah lewat dari tengah malam.
Aku cinta ketika kita sama-sama lelah bercerita. Lalu
sama-sama terbaring. Kupeluk kau sebentar. Dan kubiarkan matamu terpejam.
Seraya kubilang “Selamat malam bu, semoga mimpimu indah malam ini” tak ada
sahutan lagi saat itu. Aku tahu bahwa kau sudah lelah dalam tidurmu.
Sejak teman kasurmu pergi bu, pergi dengan perintah tidak
kembali. Aku tahu betapa kamu merindukan teman cerita setiap sebelum matamu
tertutup. Bahkan kadang kamu merasa sepi walau dikamar sebelah anakmu sedang
bergurau canda. Apalagi aku yang meninggalkanmu kekota orang yang belum tentu setiap
bulan bisa pulang.
Dan sejak aku ada disampingmu malam itu, rasanya sangat
nyaman bu. Seperti meminta untuk tidak berganti hari dan terus seperti itu.
Aku cinta suasana itu bu, tapi aku lebih mencintai kamu yang
disebelahku.
22 Desember 2013
No comments:
Post a Comment