Saturday, February 8, 2014

Tuan, Bahkan Rindu Ini Telah Bosan!



Mencekam pada sebuah malam, ada isakan tangis yang ditahan. Ada sebuah rasa kehilangan yang terlalu dalam. Menjerit pada waktu yang tidak bisa dikembalikan.

Tuan, bahkan rindu telah berkata bosan. Bahwa kau selalu menjadi miliknya disetiap waktu hujan datang. Bahkan air mata telah lelah, bahwa kau selalu menjadi penyebabnya keluar.

Rindu ini telah jadi sebuah kesakitan yang tak dapat lagi aku tahan. Menyalahkan keadaan yang waktu itu telah aku putuskan untuk tidak akan pernah lagi disesalkan.

Tuan, bahkan rindu ini akan-selalu-menjadi milikmu. Setiap nafas sampai aliran nadi juga sudah tahu. Sesekali mereka kesal padamu yang sudah lebih dari 500 hari tidak pernah menyambangiku. 
Sesekali mereka jengah kepadamu, yang bahkan menyisakan mata sembab sejak setahun lalu.

Inginku lepas saja semua penat pada rindu yang tidak terbalas ini. Seperti merpati yang berlari dari kekecewaanya terhadap pemilik yang mulai tidak perduli. Tapi aku bersumpah tuan, rasa melepasmu ini tidak semudah kamu meninggalkan aku waktu itu. Ia seperti tikus kecil bodoh yang berlari dalam putaran dan tidak pernah mencoba untuk keluar. Sesekali ia lelah hanya beristirahat lalu ketika tenanganya pulih ia lanjutkan berputar, bodoh, tidak punya tujuan.

Aku harus apa Tuan? Bahkan seseolah hari telah mengutukku untuk selalu memiliki rasa rindu kepadamu.

Bahkan hujan seperti pertanda bahwa air mataku akan kembali menetes untuk sekedar mengenangmu dulu.

Aku lelah, Tuhan.

No comments:

Post a Comment