Mencekam pada sebuah malam, ada isakan tangis yang ditahan.
Ada sebuah rasa kehilangan yang terlalu dalam. Menjerit pada waktu yang tidak
bisa dikembalikan.
Tuan, bahkan rindu telah berkata bosan. Bahwa kau selalu
menjadi miliknya disetiap waktu hujan datang. Bahkan air mata telah lelah,
bahwa kau selalu menjadi penyebabnya keluar.
Rindu ini telah jadi sebuah kesakitan yang tak dapat lagi
aku tahan. Menyalahkan keadaan yang waktu itu telah aku putuskan untuk tidak
akan pernah lagi disesalkan.
Tuan, bahkan rindu ini akan-selalu-menjadi milikmu. Setiap
nafas sampai aliran nadi juga sudah tahu. Sesekali mereka kesal padamu yang
sudah lebih dari 500 hari tidak pernah menyambangiku.
Sesekali mereka jengah
kepadamu, yang bahkan menyisakan mata sembab sejak setahun lalu.
Inginku lepas saja semua penat pada rindu yang tidak
terbalas ini. Seperti merpati yang berlari dari kekecewaanya terhadap pemilik
yang mulai tidak perduli. Tapi aku bersumpah tuan, rasa melepasmu ini tidak
semudah kamu meninggalkan aku waktu itu. Ia seperti tikus kecil bodoh yang
berlari dalam putaran dan tidak pernah mencoba untuk keluar. Sesekali ia lelah
hanya beristirahat lalu ketika tenanganya pulih ia lanjutkan berputar, bodoh,
tidak punya tujuan.
Aku harus apa Tuan? Bahkan seseolah hari telah mengutukku
untuk selalu memiliki rasa rindu kepadamu.
Aku lelah, Tuhan.
No comments:
Post a Comment