Tuesday, June 14, 2016

Satu bulan yang lalu dalam angan dan cita-cita



Satu bulan lalu, saya merasa ini adalah kemungkinan di atas ambang-ambang kenyataan. Artinya, tidak dapat sama sekali saya lakukan. Bagi saya, mimpi itu terlalu naif, terlalu samar-samar dan terlalu jauh untuk dicapai. Tapi entah, semakin ada kekuatan yang mendorong untuk membuat saya jatuh, semakin saya bisa kembali bangkit.

Saya ditekan dari segala arah. Dosen pembimbing yang terlalu amat sibuk dan pekerjaan-pekerjaan yang memforsir waktu saya. Namun, ada sebait harapan, bahwa saya ingin bebas. Saya sudah tidak lagi punya uang cukup untuk bertahan di Surabaya. Saya masih punya cita-cita.

Entah kekuatan dari mana yang merangsang diri saya, merasuk, mencumbui diri saya, bahwa saya harus melakukanya. Pada malam-malam dimana saya menangis karena kelelahan, belum lagi tekanan-tekanan dan ketidakberadaaan pembimbing saya, membuat saya kembali percaya bahwa saya tidak pernah bisa menyelesaikannya.

Namun, pikiran saya seperti diperkosa, dipaksa untuk teap mengerjakan meskipun hasilnya jauh dari kata sempurna.

Pada hari itu, pagi itu, saya menangis diam-diam. Tidak percaya bahwa harinya akan datang. Pada pagi itu, tangan saya bergetar. Bahwa satu langkah lagi, studi saya akan selesai.

Tidak ada kata lain selain terimakasih teramat bagi mereka yag selalu menyemangati saya. Tidak ada balasan bagi siapapun selain terimakasih termat bagi mereka yang turut andil dalam memberikan keyakinan dalam diri saya.


Bahwa Labibah, anak bodoh yang tidak tahu apa-apa, sebentar lagi sarjana.

No comments:

Post a Comment