Pulang dari acara reuni, saya lari sedikit terbirit kedalam
rumah. Jam memang menunjukan hampir dini hari. Dijalan tadi bahkan sudah
tergolong sepi. Saya terbirit birit lari masuk kedalam rumah hingga lupa
mengunci pagar. Lalu saya duduk di meja makan dan mengabaikan jaket motor yang
masih saya kenakan. “Gue harus nulis malam ini juga! harus malam ini” ujar saya
sedikit berlari seraya membuka laptop saya.
Barusan sekali saya telah menghadiri sebuah acara reuni
dengan kawan lama. Acara buka bersama sih judulnya, tapi pasti kalian tahu
bahwa reuni adalah ajang tentang memperkenalkan diri. Saya senang, bertemu lagi
dengan beberapa kawan lama, yang bahkan sudah tahunan sudah tidak pernah
bertemu.
Si dia yang ternyata tetanggaan sama saya, di itu yang ternyata
kuliahnya di jurusan yang sama dengan sahabat saya, atau rentetan banyak sekali
kenyataan bahwa dunia ini teramat sempit.
Jujur saja sebenarnya saya sempat berfikir lima kali untuk
menghadiri acara reuni ini. pertama adalah ini merupakan kawan lama saya, yaitu
kawan almamater sekolah dasar. Yang notabenenya saya sudah lebih dari delapan
tahun sudah tidak bertemu. Apalagi dengan kawan dekat saya yang tiba-tiba tidak
jadi datang karena alasan sepele. Duh, pasti mati kutu saya dibuat disana.
Setelah pikir panjang, apa salahnya bagi saya untuk sekedar
datang dan bersapa “hi”. Maka saya putuskan untuk datang di waktu yang mepet ke
acara inti. Setidaknya ke-kaku-an saya tidak akan berlangsung lama.
Benar saja, dari acara berlangsung hingga ajang foto
bersama, saya sedikit tertawa-tertawa melihatnya. Lucu sekali.
Ada tiga golongan yang datang dalam ajang reuni.
Pertama, mereka yang datang dengan niat mengekiskan diri. Biasanya
golongan ini dianut oleh mereka yang sebelumnya tidak eksis dan ingin
menunjukan eksistensi diri. Mereka mereka ini adalah golongan yang sebelumnya
tidak terkenal, lalu bertujuan ingin mengenalkan diri.
Tipe yang kedua adalah, si raja. Mereka yang memang sejak
jaman dulu sudah eksis, lalu dipancing untuk menjadi eksis. Padahal mungkin
ditempatnya sekarang keeksisannya sudah tergolong biasa saja. Mereka terselamatkan
oleh ketenaran mereka masa lampau.
Dan yang terakhir, adalah si “pendatang”. Yang berniat
memang hanya ingin datang. Duduk, menikmati acara dan lalu pulang. Si pendatang
biasanya duduk kalem dipojokan. Tidak mencolok ingin eksis atau ingin
mengeksiskan diri. Jika diajak ngobrol syukur, tidak diajak mainin handphone. Diajak
foto ikut-ikut saja, gak ada yang ngajak fotoin kawan-kawannya.
Mungkin hanya ini tipe golongan yang saya amati selama acara
tadi. Dan saya tergolong yang pendatang. Hehe.
Ingat, raja memang selamanya akan menjadi raja. Tapi kadang,
kuda bertindak bisa menjadikan dirinya seperti seorang raja dan lalu
membungkamnya. Pion ya akan tetap menjadi pion saja.
Di foto ini pantat aku ashoy yha.He.
ReplyDelete