Malam ini saya bisu dibuat. Menangis terlalu cupu tertawa
terlalu dungu. Malam ini saya gagu dibuat. Berkata takut salah diam takut
dikira sampah.
Saat seorang “om” yang saya sapa hanya sebatas ayah dari
teman saya, saat ini menjadi sosok yang berarti untuk saya.
Ada satu keluarga disini, yang awalnya hanya menjadi tempat
saya numpang makan. Lalu berujung menjadi akhir pelarian. Ada satu keluarga
disini yang berawal dari sekedar ingin tahu, menjadi saya serba tahu.
Saya telah melawati satu masa sulit, sangat terlalu sulit. Membuat
saya hancur berkeping, dan sudah merasa harus berakhir. Tapi ada satu orang,
satu keluarga yang lalu mengangkat saya, menarik saya dari titik paling bawah. Dari
kepingan-kepingan sampah. Menjadi sosok yang tahu arti cinta.
Saya pernah berada dalam posisi tidak lagi percaya cinta. Sulit
percaya apa itu setia. Dan dalam kondisi kehilangan keluarga. Tapi lalu, satu
orang ini beserta keluarganya memamerkan pada saya, bahwa cinta itu ada, setia
untuk selamanya dalam satu keluarga.
Mungkin saya terlalu naif untuk sekedar dicintai, tapi yang
saya rasakan rasa sayang yang besar dalam keluarga ini.
Mungkin saya terlalu bodoh untuk dipercayai, tapi ternyata
keluarga ini memberikan saya rasa percaya dan kenyamanan yang abadi.
Keluarga ini memang berawal dari bukan siapa-siapa bagi
saya. Hanya sebatas orang yang saya tahu dari jauh adanya. Tapi lalu dalam
berjalannya waktu, sepertinya saya ingin menjadi bagian dalam keluarga ini,
walau rasanya mustahil. Tapi dalam berjalannya waktu, saya seperti tidak ingin
lepas dari genggaman setiap hari yang mereka berikan, walau pada masanya kita
akan berjalan sendirian.
Saya cinta pada keluarga ini. Sudah seperti dan bahkan
melebihi keluarga saya sendiri. Tapi saya disadarkan pada satu posisi. Bahwa,
saya masih harus sadar diri. Saya menganggap seorang ayah, ibu dan adik-adik
bagi diri saya sendiri. Tapi untuk sebagai kakak saja saya belum becus terhadap
keluarga sendiri.
Saya cinta keluarga ini, teramat malah lebih.
Semoga keputusan yang saya ambil bukan berarti pilihan bahwa
saya harus “benar-benar” keluar dari rumah ini. Saya hanya ingin memulai yang
baru. Saya tidak ingin terlalu lama bertempu, dan harus merepotkan setiap
malam. Masih, setiap minggu boleh saya menginap, sekedar bercerita keluh kesah
saya, menyenderkan bahu untuk berbagi lelah. Karena Cuma kalian yang saya punya
di Surabaya, yang sepenuhnya mendengarkan saya.
Saya cinta keluarga ini, teramat mencintai satu persatunya.
No comments:
Post a Comment