Sunday, January 4, 2015

Saya cinta Keluarga ini, teramat malah lebih

Malam ini saya bisu dibuat. Menangis terlalu cupu tertawa terlalu dungu. Malam ini saya gagu dibuat. Berkata takut salah diam takut dikira sampah.

Saat seorang “om” yang saya sapa hanya sebatas ayah dari teman saya, saat ini menjadi sosok yang berarti untuk saya.

Ada satu keluarga disini, yang awalnya hanya menjadi tempat saya numpang makan. Lalu berujung menjadi akhir pelarian. Ada satu keluarga disini yang berawal dari sekedar ingin tahu, menjadi saya serba tahu.

Saya telah melawati satu masa sulit, sangat terlalu sulit. Membuat saya hancur berkeping, dan sudah merasa harus berakhir. Tapi ada satu orang, satu keluarga yang lalu mengangkat saya, menarik saya dari titik paling bawah. Dari kepingan-kepingan sampah. Menjadi sosok yang tahu arti cinta.

Saya pernah berada dalam posisi tidak lagi percaya cinta. Sulit percaya apa itu setia. Dan dalam kondisi kehilangan keluarga. Tapi lalu, satu orang ini beserta keluarganya memamerkan pada saya, bahwa cinta itu ada, setia untuk selamanya dalam satu keluarga.

Mungkin saya terlalu naif untuk sekedar dicintai, tapi yang saya rasakan rasa sayang yang besar dalam keluarga ini.

Mungkin saya terlalu bodoh untuk dipercayai, tapi ternyata keluarga ini memberikan saya rasa percaya dan kenyamanan yang abadi.

Keluarga ini memang berawal dari bukan siapa-siapa bagi saya. Hanya sebatas orang yang saya tahu dari jauh adanya. Tapi lalu dalam berjalannya waktu, sepertinya saya ingin menjadi bagian dalam keluarga ini, walau rasanya mustahil. Tapi dalam berjalannya waktu, saya seperti tidak ingin lepas dari genggaman setiap hari yang mereka berikan, walau pada masanya kita akan berjalan sendirian.

Saya cinta pada keluarga ini. Sudah seperti dan bahkan melebihi keluarga saya sendiri. Tapi saya disadarkan pada satu posisi. Bahwa, saya masih harus sadar diri. Saya menganggap seorang ayah, ibu dan adik-adik bagi diri saya sendiri. Tapi untuk sebagai kakak saja saya belum becus terhadap keluarga sendiri.

Saya cinta keluarga ini, teramat malah lebih.

Semoga keputusan yang saya ambil bukan berarti pilihan bahwa saya harus “benar-benar” keluar dari rumah ini. Saya hanya ingin memulai yang baru. Saya tidak ingin terlalu lama bertempu, dan harus merepotkan setiap malam. Masih, setiap minggu boleh saya menginap, sekedar bercerita keluh kesah saya, menyenderkan bahu untuk berbagi lelah. Karena Cuma kalian yang saya punya di Surabaya, yang sepenuhnya mendengarkan saya.


Saya cinta keluarga ini, teramat mencintai satu persatunya.

No comments:

Post a Comment