Sunday, June 16, 2013

Belajar dari Air



Pernah denger tentang filosofi air? Mengalir dalam keheningan, jatuh dalam alur dan bergerak pada takdir. Gue suka banget sama air, menjernihkan, menenangkan dan membuat siapapun merasa nyaman. Kalau gak ada air, kita semua disini sampah, mati dalam kebusukan atau hidup dalam kekososongan. 


Hal pertama yang harus kita pelajari dari air. Dia akan mengisi, mengikuti alur, memasuki setiap kekosongan. Lo punya botol minum? Botol yang berlikuk-likuk sekalipun. Kalo lo tuang air kedalamnya, liat. Dia akan mengisi ruang itu secara adil, mengisi setiap kekosongan, masuk ketempat yang  gak tercapai. Coba kalo lo masukin benda lain, misalnya korek, belum tentu tempat-tempat terkecil itu bsia dimasuki korek. kita kudu kayak air, mengisi hati-hati yang telah kosong lama, (eak ini modus). Maksud gue, setiap lo menemukan kekosongan hati, kegalauan kegelisahan apapun itu, entah temen, gebetan, mantan atau pacar. Jadilah seperti air, yang dengan sigap akan memenuhi kekosongan tersebut. Tanpa titah, tanpa perintah. Dia akan merasuk, menjadikan kesejukan.



Pernah gak lo lagi nyasar disebuah tempat, terus lo denger suara air. Sampai tiba lo ditengah sungai itu, lo ikutin alur sungai itu. Karena kita semua tau, setiap sungai akan bermuara disamudera. Kebanyakan orang bilang kalo “jadi air, menggenang, berjalan tanpa arah tujuan, kekanan, kekiri sesuai dengan takdirnya” salah. Justru air telah memiliki tujuanya dari awal. Memiliki cita-cita dan gambaran tentang apa yang terjadi dimasa depan. Samudera, cita-cita besarnya. Coba kalo kita kayak gitu. Punya gambaran cita-cita paling besar, setinggi-tingginya. Lalu biarkan tuhan yang menjalankan, tugas kita fokus dan berusaha kepada mimpi kita. Mau diajak muter lewat sumatera terus kepapua dulu, atau langsung tiba disamudernya. Bahkan kadang kita dibawa balik kesungai kecil itu lagi. Untuk sampai kesamudera yang lebih luas.

 
Dan yang terakhir. Lo kalo abis numpahin sesuatu di kasur, pasti liat ada bekas rembesan air basah kan. Kayak gitu, dimanapun kita ketika ada yang “menumpahkan” kita basahi sekitar. Kadang ada yang tidak suka, ada yang mencemooh. Tapi lihat, itu akan tetap jadi bekas air. Apalagi jika kita tinggalkan kebaikan. Maka, bekas-bekas itu akan terkenang untuk orang yang setelah kita nanti.

No comments:

Post a Comment